Saturday, March 12, 2016

AWASS !!! Serial Uttaran di ANTV, Tontonan Bahaya Bagi Anak

beritaterbaru31

Kata bahaya dalam judul tidak pake tanda kutip, karena terbukti jelas dan dapat dipastikan untuk memperoleh perhatian serius. Bahwa ada pendidikan moral yang keliru dan salah kaprah, bahkan dapat tertanam di mindset bernuansa negatif untuk para pecintanya. Mungkin bagi tingkatan orangtua yang melihat, dapat melihat dan mekualitas dari beberapa aspek pandang sosial, tapi bakal lain lagi bila untuk para ABG yg tetap labil!
 
Berawal dari kesukaan anak perempuan saya ( fans film India), setiap pulang sekolah langsung standy by selagi 2,5 jam (senin-jumat) dan 3 jam (sabtu-minggu). Bayangkan penayangan yang begitu lamanya, setiap hari tanpa ada jeda waktu yang terlewati. Jadi saya penasaran, semacam apakah film tersebut? dan akhirnya saya turut mengantarkan beberapa episode, dan kalau tidak nonton maka anak menceritakan semacam apa jalan ceritanya.
Dan atas apa yang saya saksikan, sungguh suatu  tayangan yang miris. Berikut sedikit Kesimpulannya:
 
1. Pada awal tayang menceritakan kisah mengenai anak mungil dari kampung (icha kecil) dengan beberapa alur ceritanya. Mungkin dapat dibilang itu pas untuk ditonton anak disaat pulang sekolah. Bahkan Icha kecil memiliki cita-cita ingin menjadi orang besar, tapi tiba-tiba jalan cerita begitu mudah dibalikan menjadi kisah mengenai Icha dewasa. lalu apa segi negatifnya? Apabila dilihat kelanjutannya, Icha hanya penuh kerumitan mengenai cinta segitiganya. Lalu cita-citanya hanya dianggap angin lalu, yang mana akibatnya : penonton tingkat anak/ remaja yg labil, dapat saja “mengikuti” bagaimana tokoh mutlak yang begitu mudah melepas masa depan hanya demi keinginan semu?
 
2. Icha kecil merupakan gadis penurut dan pintar, tapi disaat dewasa menjadi gadis yang “ditokohkan” alim tapi keras kepala. Ibunya yang begitu baik tidak jarangkali dimengenai dan dibantah, dan ayah angkatnya yang begitu bijak pun tidak jarang kali tidak dianggap (bahkan dibohongi dari belakang dalam kisah pernikahan palsunya). terlepas dari apapun tujuan dan maksud seorang anak, tetap saja orangtua ingin yg paling baik bagi masa depannya. Tidak hanya itu, suatu  kesalahan (dosa besar) bila menentang orangtua yang membesarkan dengan susah payah, lalu hanya demi cinta keluarga dilawan! Bahkan, ibunya beberapa kali harus tunduk atas “permintaan bodoh” anaknya, apabila tidak dituruti memberbagi ancaman bakal kabur. Akibatnya: penonton anak/remaja dapat saja mengikuti langkah-langkahsemacam itu, karena dianggap langkah-langkahkeren untuk mewujudkan hasrat/keinginan.
 
3. Tokoh Tapasya ( anak dari bapak angkatnya), merencanakan pembunuhan untuk Icha dengan mekegunaaankan mantan pacarnya. Bayangkan saja, demi perasaan yang berlebihan jadi menghalakan segala langkah-langkahwalau harus menghapus nyawa saudara angkatnya? Suatu  peringatan keras atas apa yang ditayangkan film serial tersebut. Akibatnya: dapat saja anak/remaja yang melihat memiliki tasumsi, bahwa membunuh merupakan langkah-langkahpaling baik menyelesaikan dendam/ cemburu/ sakit hati/ alias faktor negatif lainnya.
 
4. Tokoh Icha yang begitu menyayangi saudarinya Tapasha (walau bertepuk sebelah tangan), begitu mudah menurut dan patuh, dijodohkan dengan pemabuk manggut-manggut saja meski ibunya menentang (tapi gagal ), lalu detik-detik bakal dinikahkan dengan pria idamannya, malah mau juga digantikan oleh Tapsya padahal ibunya memohon bertekuk lutut jangan diperbuat. Setelah itu yang terakhir dijodohkan dengan pecandu narkoba juga mau, padahal ibunya berkecewa karena tidak setuju (ntah apa kelanjutannya ). Yang membikin bimbang adalah, Icha sebagai gadis baik tapi bunda sendiri (meski seorang pembantu) tidak dihargai dan dihormati sama sekali? akibatnya: anak/remaja yang melihat dapat saja memikirkan bahwa, toh gadis baik-baik juga membenarkan untuk melawan bunda kandungnya? Bukankah dalam aliran agama manapun, seorang bunda sangat tinggi kedudukannya!
 
5. Tokoh Icha kerap kali membohongi dan menutupi segala kejadian dari orangtuanya, padahal yang terkena akibatnya ialah semua keluarga. Yang kami ketahui dalam dunia realita, anak yang yg sangatlah baik dan alim, senantiasa mengutamakan kejujuran meski sepahit apapun, dan rutin terbuka atas segala persoalan terhadap kepada orangtua. Akibatnya: anak/remaja yang melihat dapat berasumsi bahwa, bohong dan tertutup merupakan sikap yang cocok dalam menjalani kenasiban!
 
6. Tokoh Tapasya mencoba bunuh diri dengan berusaha memotong urat nadi, karena ada keinginan yang tidak dapat didapatkannya yaitu cinta seorang lelaki. dan tokoh Frans mencoba bunuh diri dengan meloncat dari atas rumah, alasannya pun sama karena khawatir gagal memperoleh cinta seorang wanita. Akibatnya: Upaya bunuh diri dapat dianggap sebagai solusi jitu menekan orangtua, karena dalam film uttaran menunjukan “kesuksesan” dengan langkah-langkahsemacam demikian.
 
7. Film serial Uttaran tidak memperoleh label khusus 17 tahun keatas, alias memperoleh peringatan harus didampingi orangtua. padahal apabila disimak dalam film tersebut, yang namanya label bukan untuk sekedar adegan bersifat seksual semata (sensor dada), tapi mengenai prilaku kekerasan (pembunuhan, mabuk2an, narkoba) dan pendidikan moral yang keliru pun harus diperhatikan! Apalagi Uttaran berawal untuk anak-anak setelah itu meloncat jadi tayangan film dewasa..
 
Dari apa yang saya hinggakan diatas, maka saya dengan cara pribadi langsung menyuruh anak tidak lagi melihat film tersebut. Setelah itu memberbagi bimbingan untuk meluruskan apa saja yang salah selagi penayangan, jadi jangan hingga mempengaruhi pola pikirnya! Apalagi namanya anak/remaja memiliki daya ingat kuat, dalam menyerap apapun yang dilihat dan didengarnya..
 
Sungguh peran penting orangtua dalam mengamati apa yang diperbuat/ dikerjakan anak, haruslah jadi prioritas mutlak dalam pendidikan dirumah. Karena tayangan televisi dan internet telah terus susah diawasi oleh pihak-pihak terkait, apalagi pihak pengelola siaran mengutamakan bisnis dan rating, tapi tidak jarang sekali mengesampingkan efek negatif dari apa yang ditampilkan.
 
Note: Pihak sensor yang paling paling baik untuk anak, bukanlah Menkominfo dan ataupun media. Melainkan kami sebagai orangtua, yang harus dan ekstra ketat dalam menjaga mata dan telinga anak dari segala sesuatu yang ditontonnya..
Sumber: Kompasiana

loading...