Monday, March 7, 2016

Tolong Kembalikan Tangan Ita, Pa !!!

beritaterbaru31

Untuk para orang tua yang anaknya kreatif, jangan lagi dipukul ya.. Tolong baca kisah nyata yang menyentuh hati ini, cerita mengenai seorang anak kecil bernama Ita yang memohon pada papanya untuk kembalikan tangannya.
Sebagai orang tua kami patut menghalangi lakukanan pasangan untuk memukul sang buah hati.Terutama pada anak-anak yang tetap kecil serta tidak tahu apa-apa.

Sepasang suami isteri semacam pasangan lain di kota-kota besar meninggalkan anak-anak untuk diasuh pesuruh rumah ketika mereka bekerja. Anak tunggal pasangan ini, perempuan berumur tiga setengah tahun. Sendirian di rumah, dirinya tidak jarang dibiarkan pembantunya yang sibuk bekerja.
Dia bermain diluar rumah. Dirinya bermain ayunan, berayun-ayun di atas bandul yang dibeli papanya, ataupun memetik bunga matahari, bunga kertas serta lain-lain di halaman rumahnya.

Suatu hari dirinya menonton sebatang paku karat. Dirinya pun mencoret semen tempat mobil ayahnya diparkirkan namun karena lantainya terbuat dari marmer, coretan tidak kelihatan. Dicobanya pada mobil baru ayahnya. Ya… karena mobil itu berwarna putih, coretannya tampak jelas. Apa lagi kanak-kanak ini pun membikin coretan sesuai dengan kreativitasnya.

Hari itu bapak serta ibunya mengendarai motor ke tempat kerja karena jalan macet. Seusai sang anak mencoret penuh segi yang sebelah kanan dirinya beralih ke sebelah kiri mobil. Dibuatnya foto ayam serta fotonya sendiri serta sebagainya untuk mengikuti imaginasinya. Kejadian itu berjalan tanpa disadari si pesuruh rumah.

beritaterbaru31

Pulang petang itu, terkejutlah ayah ibunya menonton mobil yang baru setahun dibeli dengan angsuran. Si bapak yang belum lagi masuk ke rumah ini pun semakin menjerit, ‘Kerjaan siapa ini?’ Pesuruh rumah yang tersentak dengan jeritan itu berlari keluar. Dirinya juga beristighfar. Mukanya merah padam ketakutan lebih-lebih menonton wajah bengis tuannya.

Sekali lagi diajukan pertanyaan keras kepadanya, dirinya semakin mengatakan ‘Tak tahu… !’ ‘Kamu dirumah sepanjang hari, apa saja yg kau lakukan?’ hardik si isteri lagi. Si anak yang mendengar suara ayahnya, tiba-tiba berlari keluar dari kamarnya. Dengan penuh manja dirinya mengatakan ‘Ita yg membikin itu papa…. cantik kan!’ katanya sambil memeluk papanya ingin bermanja semacam biasa. Si ayah yang hilang kesabaran mengambil sebatang ranting kecil dari pohon bunga raya di depannya, semakin dipukulkannya berkali-kali ke telapak tangan anaknya.

Si anak yang tidak mengerti apa-apa terlolong-lolong kesakitan sekaligus ketakutan. Puas memukul telapak tangan, si ayah memukul pula belakang tangan anaknya. Si bunda cuma mendiamkan saja, seolah merestui serta merasa puas dengan hukuman yang dikenakan. Pesuruh rumah terbengong, tidak tahu wajib berbuat apa? Si bapak lumayan keras memukul-mukul tangan kanan serta setelah itu tangan kiri anaknya.

Seusai si bapak masuk ke rumah dituruti si ibu, pesuruh rumah menggendong anak kecil itu, membawanya ke kamar. Dilihatnya telapak tangan serta belakang tangan si anak kecil luka-luka serta berdarah. Pesuruh rumah memandikan anak kecil itu. Sambil menyiram air sambil dirinya ikut menangis. Anak kecil itu juga terjerit-jerit menahan kepedihan saat luka-lukanya itu terkena air. Si pesuruh rumah setelah itu menidurkan anak kecil itu. Si bapak sengaja membiarkan anak itu tidur bersama pesuruh rumah.
 
Keesokkan harinya, kedua belah tangan si anak bengkak. Pesuruh rumah mengadu. ‘Oleskan obat saja!’ jawab tuannya, bapak si anak. Pulang dari kerja, dirinya tidak memperhatikan anak kecil itu yang menghabiskan waktu di kamar pembantu. Si bapak konon mau membimbing anaknya. Tiga hari berlalu, si ayah tidak sempat menjenguk anaknya sementara si bunda juga begitu namun setiap hari bertanya terhadap pesuruh rumah. ‘Ita demam…’ jawab pembantunya simpel.

‘Kasih minum obat penurun panas ,’ jawab si ibu.

Sebelum si bunda masuk kamar tidur dirinya menjenguk kamar pembantunya. Saat dilihat anaknya Ita dalam pelukan pesuruh rumah, dirinya menutup lagi pintu kamar pembantunya. Memasuki hari keempat, pesuruh rumah mengumumkan tuannya bahwa suhu badan Ita terlalu panas. ‘Sore kelak kami bawa ke klinik’ kata maapabilannya itu. Hingga saatnya si anak yang telah lemah dibawa ke klinik. Dokter mengarahkan ia dirujuk ke rumah sakit karena kondisinya serius. Seusai seminggu di rawat inap dokter terbuktigil bapak serta bunda anak itu.

‘Tidak ada opsi..’ katanya yang menganjurkan agar kedua tangan anak itu diamputasi karena gangren yang terjadi telah terlalu parah.
‘Tangannya telah bernanah, demi menyelamatkan nyawanya kedua tangannya butuh dipotong dari siku ke bawah’ kata dokter.

Si bapak serta bunda bagai terkena halilintar mendengar kata-kata itu. Terasa dunia berhenti berputar, tapi apa yang bisa dikatakan. Si bunda meraung merangkul si anak. Dengan berat hati serta lelehan air mata isterinya, si bapak terketar-ketar menandatangani surat persetujuan pembedahan.

Keluar dari bilik pembedahan, selepas obat bius yang disuntikkan habis, si anak menangis kesakitan. Dirinya juga heran menonton kedua tangannya berbalut kasa putih. Ditatapnya muka ayah serta ibunya. Setelah itu ke wajah pesuruh rumah. Dirinya mengerutkan dahi menonton mereka semua menangis. Dalam siksaan menahan sakit, si anak bersuara dalam linangan air mata.

‘Papa.. Mama… Ita tidak bakal melakukannya lagi. Ita tidak mau dipukul papa. Ita tidak mau jahat. Ita sayang papa.. sayang mama.’ katanya berulang kali membikinkan si bunda gagal menahan rasa kecewanya.

‘Ita juga sayang Kak Narti..’ katanya memandang wajah pesuruh rumah, sekaligus membikinkan gadis itu meraung histeris.

‘Papa.. kembalikan tangan Ita. Untuk apa diambil.. Ita janji nggak bakal mengulanginya lagi! Bagaimana caranya Ita mau makan nanti? Bagaimana Ita mau bermain nanti? Ita janji tdk bakal mencoret-coret mobil lagi,’ katanya berulang-ulang.

Serasa copot jantung si bunda mendengar kata-kata anaknya. Meraung-raung dirinya sekuat hati namun takdir yang telah terjadi, tiada manusia bisa menahannya.

Pelajaran yang sangat berharga buat para orang tua, anak nakal itu biasa, kalau anak kecil terluka, berilah perhatian sendiri pada anak serta jangan bergantung pada pembantu. karena mereka sejatinya hanya menolong. Tugas mutlak mendidik anak ada di tangan anda!!!

loading...